Septik tank adalah tempat penampungan dan pemrosesan limbah domestik cair yang berasal dari kloset (black water) dan non kloset (grey water). Pada dasarnya limbah yang kita hasilkan itu tidak boleh langsung dibuang ke saluran air atau diresapkan.
Limbah yang kita hasilkan mengandung zat organik terlarut yang tinggi, sehingga COD (chemical oxygen demand) dan BOD (biological oxygen demand) nya juga tinggi. Sehingga jika dibuang langsung ke saluran air atau diresapkan akan mencemari air permukaan dan air tanah. Bagi lingkungan dan kesehatan hal ini tidak baik.
Maka diperlukan septik tank. Sesuai namanya septik tank haruslah kedap, sehingga air limbah tidak meresap. Di dalam septik tank akan terjadi proses penguraian secara biologis, mikroorganisme akan melakukan penguraian limbah dan mengubahnya menjadi karbon dioksida, air, dan senyawa anorganik. Maka proses penguraian air limbah di dalam septik tank akan bergantung pada jumlah dan kondisi mikroorganisme (yang paling dominan adalah bakteri) yang hidup di dalamnya. Karena itu sangat penting menjaga mikroorganisme tetap hidup, berkembang, dan melakukan metabolisme.
Beberapa cara biasa dilakukan untuk membuat septik tank yang baik. Yang biasa digunakan secara umum kita mengenal dua jenis konstruksi septik tank, yaitu septik tank konvensional yang dibuat menggunakan beton atau paaangan bata.
Secara konstruksi, beton tentu saja lebih kuat dan dapat meminimalisir kebocoran. Sebagai bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, septik tank akan mendapatkan gaya lateral tanah yang jika cukup kuat bisa menyebabkan retakan pada dinding septik tank yang dapat menyebabkan kebocoran. Konstruksi beton lebih aman. Untuk meminimalisir biaya pembuatan bisa dibuat tanpa tulangan dengan dinding berbentuk bulat sehingga tekanan dapat diterima secara merata. Tetapi diperlukan moulding atau bekisting yang bulat, pastikan pengcoran beton dilakukan bersamaan antara dinding dengan lantainya untuk meminimalisir kebocoran.
Gambar dari google - Septik tank konvensional berbentuk bulat dan kotak dengan dua ruang
Intinya kita harus membuat septik tank yang tidak bocor yang berpotensi mencemari air tanah.
Untuk memaksimalkan proses penguraian secara biologis ini sebaiknya septik tank dibuat minimal dua ruang. Ruang pertama merupakan settler dan bak kedua merupakan bak reaktor anaerobik. Di bak kedua ini biasanya ditanam media filter tempat berkembang biaknya bakteri. Bakteri akan melekat di dinding media, sehingga luas media akan mempengaruhi efektifitas penguraian. Media ini bisa terbuat dari berbagai macam bahan, asalkan bukan bahan yang bersifat korosif, lapuk, dan non wettability. Biasanya terbuat dari plastik, pvc, PE, dsb. Bahannya harus dapat dilekati air.
Gambar dari google — mekanisme septik tank dua ruang
Kedua, adalah septik tank pabrikan/pabrikasi. Terbuat dari fiber yang didalamnya sudah dibagi-bagi dalam beberapa kompartemen dan sudah ditanam media bio filter.
Gambar dari google - Septik tank pabrikasi dan yang sudah terpasang
Prinsipnya pengolahannya sama saja dengan sistim septik tank konvensional. Kelebihannya hanya pada waktu pengerjaannya yang lebih cepat dan kemungkinan bocornya kecil. Beberapa pengerjaan biasanya dilengkapi juga dengan casing yang dibuat dari pasangan bata dan atasnya kemudian dirutup dengan plat beton.
Harga septik tank ini cukup mahal, bergantung pada volumenya. Dan tentu saja kelengkapan sertifikat dari lembaga yang berwenang, misal SNI, ISO, KAN, dan Kementrian Lingkungan Hidup. Dengan volume yang sama harga bisa bervariasi, salah satu yang mempengaruhi adalah kualitas bahan dan sertifikat itu.
Septik tank juga harus dibangun hati-hati, jangan sampai air hujan atau selokan masuk. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi mikroorganisme di dalam septik tank. Sehingga diusahakan saluran inlet dan kloset dibuat lebih tinggi dari muka air banjir, dan outlet dapat tertutup saat banjir dengan menggunakan check valve misalnya, sehingga air hanya dapat mengalir dari dalam ke luar dan klep dapat menutup saat ada aliran air dari luar ke dalam.
Volume septik tank minimal, harus sesuai dengan jumlah jiwa pengguna. Jangan sampai volume septik tank terlalu kecil padahal yang menggunakan banyak. Perhitungan volume septik tank ini tidak sekedar berdasarkan jenis dan bahan konstruksinya, tetapi juga harus diperhitungkan waktu tinggalnya (retention time), tekakanan permukaan (surface loading), volume media, dsb. Sehingga dapat dipastikan effluent yang dibuang sudah aman sesuai peraturan baku mutu air.
Jadi, supaya septik tank berfungsi maksimal dan durasi penyedotan normal, kita harus menjaga mikroorganisme pengurai yang berada di dalam septik tank tidak mati dan terus berkembang biak. Kita tidak boleh membuang zat-zat dan benda-benda yang mempengaruhi proses penguraian itu, seperti cairan beracun, oli bekas, minyak, sampah, dsb Untuk limbah cair non kloset seperti air bekas mandi, cuci, kebcing, dapat dibuang ke septik tank. Tetapi harus diperhatikan: konsentrasi sabun jangan berlebihan, tempat cuci harus dilengkapi grease trape chamber (bak penangkap lemak) untuk memisahkan minyak dengan air, sehingga minyak tidak ikut masuk ke dalam septik tank.
Walaupun begitu, normalnya lumpur tinja perlu disedot setiap 3 atau 4 tahun. Dengan pemakaian normal pada waktu tersebut biasanya sudah penuh. Setiap orang menghasilkan 25–30 liter lumpur tinja per tahun. Kita dapat menghitung berapa lama septik tank akan penuh dan perlu disedot. Lumpur tinja akan diproses lebih lanjut di IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja).
Gambar dari google — IPLT
Sekian, semoga membantu. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment