Thursday 28 January 2021

Basement dan Rumah Indonesia

Bangunan tempat tinggal berkembang memiliki ciri khas masing-masing sesuai daerah di mana bangunan itu didirikan yang disesuaikan dengan karakteristik alam dan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup.

Di Indonesia, nenek moyang kita alih-alih membuat rumah dengan basement, justru kita menemukan mereka membangun rumah itu ke atas, bergaya panggung. Sebagai negeri tropis di katulistiwa ini, Indonesia cenderung lebih aman dari dari cuaca, udara, dan kondisi alam yang ekstrim. Satu-satunya tantangan para nenek moyang kita adalah dari ancaman binatang, sehingga meninggikan rumah dianggap dapat memperkecil ancaman dan gangguan binatang.

Kita pun tidak memerlukan bangunan yang yang super kokoh, struktur bangunan dan atap rumah tidak perlu memperhitungkan beban salju yang bisa sangat tebal di musim dingin. Dinding pun cukup dengan papam kayu atau bambu tipis yang dianyam (bilik), pada dasarnya orang Indonesia tidak memerlukan bangunan yang mahal untuk tempat tinggal.

Dulu di negara dengan 4 musim, ada saat dimana manusia terhambat aktivitasnya, saat itu diperlukan persediaan makanan yang bisa disimpan selama periode itu. Di beberapa lokasi manusia membuat ruang-ruang bawah tanah, orang-orang di alaska membuat ruang bawah tanah untuk mengawetkan ikan, orang amerika sebelum ditemukannya lemari pendingin (kulkas) juga banyak yang menyimpan bahan makanan di ruang bawah tanah, karena ruangan di bawah tanah cenderung lebih dingin dengan tujuan supaya dapat bertahan lebih lama.

Gambar dari google, hanya ilustrasi

Di Amerika ruang bawah tanah pun dijadikan tempat berlindung dari tornado yang seringkali datang dan mampu menyapu rumah mereka. Ruang bawah tanah menjadi tempat yang mampu menjadi tempat berlindung saat tornado itu tiba.

Yang asalnya dibangun dengan tujuan untuk bertahan hidup, ruang bawah tanah menjadi budaya yang terus dipelihara di jaman modern ini. Fungsinya tidak sekedar untuk bertahan hidup saja, tetapi terus meluas, orang menggunakan ruang bawah tanah untuk berbagai ruangan lainnya dan dapat menambah luas bangunan. Tentu saja tujuan untuk membuat makanan lebih awet tidak lagi digunakan dengan ditemukannya lemari pendingin.

Di Indonesia, semua itu tidak diperlukan. Dulu nenek moyang kita bisa mendapatkan makanan kapan pun, tidak dibatasi musim. Kita dapat menemukan makanan segar setiap saat. kacang-kacangan, padi, dan bahan makanan pokok lain dapat bertahan lama sampai panen berikutnya tanpa perlu disimpan di tempat khusus. Tidak ada tornado atau angin topan yang dahsyat di Indonesia. karena itu basement bukanlah bangunan yang terpikirkan oleh nenek moyang kita. Bencana alam yang paling mengancam adalah gempa bumi, dan bangunan yang dikembangkan nenek moyang kita sudah dapat memperkecil dampak gempa bumi dan dapat bertahan dari goncangan yang terjadi. Suhu yang panas dan lembab dapat direduksi dengan dengan arsitektur bangunan tradisional nenek moyang kita. Rumah-rumah tradisional memiliki banyak ventilasi udara, celah-celah dinding kayu atau bambu juga bisa sebagai lubang aliran udara, material bangunan dari kayu dan bambu juga dapat mengurangi “thermal mass” (pada proses konduksi) dibandingkan dengan penggunaan bahan beton atau bata, sehingga saat malam hari tidak ada pelepasan panas dari dinding ke dalam ruangan, dsb. Tidak ada musim dingin seperti di negara sub tropis sehingga nenek moyang kita tidak merasa perlu bertahan dari cuaca dingin. Dan struktur bangunan tradisional kita juga tidak mendukung untuk membuat basement ("basement? buat apa? apa itu?" mungkin begitu kata nenek moyang kita).

Gambar dari google (rumah adat Minahasa)

Budaya itu terus berlanjut sampai hari ini, kita tidak memiliki budaya membuat basement, sehingga orang tidak berpikir membuat basement saat akan membangun rumah. Basement di Indonesia lebih banyak diterapkan di gedung-gedung, untuk menambah area bangunan, dan biasanya digunakan untuk area parkir.

Basement pun membutuhkan biaya yang lebih mahal dan harus pula cukup elemen dan faktor-faktor pendukungnya. Di Indonesia yang terkenal dengan tata permukiman yang buruk, memiliki basement bisa jadi kolam penampungan air saat banjir tiba. Atau runtuh saat gempa bumi karena perhitungan strukturnya tidak baik. Banyak hal yang perlu diperhitungkan saat membuat basement, dan mungkin itulah salah satu yang membuat orang Indonesia belum cukup tertarik membuat rumah yang dilengkapi basement. Entah kalau dikemudian hari, seiring dengan sudah semakin sempitnya dan mahalnya lahan untuk membuat rumah.

No comments:

Post a Comment

Land Subsidence dan Banjir Jakarta

Land subsidence  atau penurunan tanah bisa dikaibatkan oleh beberpa penyebab: akibat penambangan air tanah yang berlebihan dan menghasilkan ...