Monday 8 February 2021

Membuat Sungai di Jakarta Menjadi Bersih

 


Gambar dari google — sungai di Jakarta

Membahas ini sebenarnya akan sangat panjang karena kita akan berbicara dari hal teknis sampai sosial. Tetapi kita akan batasi karena kalau terlalu panjang saya capek ngetiknya dan anda pasti cape bacanya 😁

Manusia sejak dulu selalu memilih lokasi di sekitar sungai untuk memulai peradaban. Begitu pentingnya air, rasanya manusia dan banyak makhluk hidup tak bisa hidup tanpa air.

Karena itu sangat penting menjaga air tetap baik dan berkualitas untuk menunjang kelangsungan hidup manusia.

Di kota besar seperti Jakarta yang dihuni jutaan orang membutuhkan air yang sangat banyak setiap harinya. Sampai dengan tahun 2020 penduduk Jakarta sudah mencapai 11 juta jiwa lebih. Maka jika kita hitung berdasarkan kebutuhan air bersih saja, Jakarta perlu 1.65 milyar liter air per hari atau 1.65 juta meter kubik air per harinya. Dengan asumsi penggunaan air 150 l/orang/hari.

Dari mana air bersih didapat masyarakat Jakarta? PAM Jaya baru mampu melayani 63 persen saja. Sisanya warga mendapatkannya dari penambangan air tanah dalam dan dangkal, dari air bersih yang dikelola secara komunal, dsb.

gambar dari google — kran air

Dari mana air baku PAM Jaya didapat? ternyata 81 persennya berasal dari waduk Jatiluhur, 14 persen dari pembelian air curah dari PDAM Tangerang, dan hanya 5 persen yang berasal dari sungai-sungai di Jakarta.

Gambar dari google (pelita karawang) - Waduk Jatiluhur

Sungai-sungai di Jakarta sebenarnya berpotensi meningkatkan pasokan air baku bagi PAM Jaya.

Tetapi kondisi air sungai yang tercemar cukup berat tentu saja bukan perkara mudah untuk mengolahnya menjadi air bersih.

Ada banyak sistem pengolahan air yang bisa dilakukan, tetapi tentu saja kondisi air akan berpengaruh pada biaya produksi. Biaya produksi akan mempengaruhi harga jual, dan harga jual tidak seenaknya dipatok, ada peraturan provinsi dan serangkaian pembahasan serta mekanisme politik yang tidak sederhana dan menguras tenaga yang harus dilakukan. Sehingga untuk tetap sehat, perusahaan air minum perlu melakukan banyak strategi seperti halnya perusahaan yang lain.

Nah, di sinilah perlunya masyarakat Jakarta menjaga sungai. Setiap orang di Jakarta bertanggung jawab atas limbah yang mencemari sungai-sungai di Jakarta. Setiap orang menghasilkan limbah, baik cair maupun padat, dan seringkali sungai menjadi korbannya.

Jika kita hitung volume air limbah itu adalah 80 persen dari konsumsi air bersih, maka sekitar 1.3 juta juta meter kubik air limbah akan masuk ke sungai setiap harinya. Air limbah yang masuk ke sungai-sungai di Jakarta 75 persennya berasal dari limbah domestik, yaitu yang dihasilkan oleh rumah tangga yang berasal dari limbah kloset (black water) maupun non kloset (grey water). Warga Jakarta adalah penyumbang terbesar pencemaran air sungai. 15 persennya berasal dari perkantoran, dan 10 persen merupakan air limbah dari industri.

Dari seluruh air buangan yang masuk ke sungai tidak seluruhnya tidak aman. Sebagian sudah melalui proses pengolahan terlebih dahulu, sehingga edfluent yang dibuang ke sungai dan saluran air sudah aman. Tetapi sebagian lagi belum. Baru 75 persen warga Jakarta yang sudah memiliki akses terhadap sanitasi, 25 persennya masih memiliki akses sanitasi yang buruk. Angka 25 persen bagi penduduk Jakarta yang 11 juta lebih mungkin sama dengan jumlah penduduk satu provinsi di luar Jawa. Kita dapat menghitung berapa banyak limbah organik yang dibuang ke sungai-sungai di Jakarta yang berkontribusi pada hitamnya warna sungai di Jakarta pada musim kemarau. Jika ditambah dengan jumlah air limbah industri (kecil sampai besar) yang nakal dan kucing-kucingan, dan air limbah yang berasal dari perkantoran, tentunya sangat banyak.

Dan juga jika ditambah dengan sampah yang dibuang masyarakat yang sengaja dan tidak sengaja ke sungai, beban sungai di Jakarta sungguh sangat memprihatinkan. Sampah yang dibuang ke sungai sebagian akan mengalami degradasi secara organik dan akan menggasilkan limbah. Bahan beracun akan meracuni air sungai. Dan bahan anorganik akan menghasilkan racun dan pendangkalan bagi sungai. Akhirnya ekosistem sungai terganggu, dan berakibat buruk pada manusia.

Kasihan bukan dengan nasib sungainya? Ini tidak hanya terjadi Jakarta tetapi di seluruh Indonesia.

Itulah sumber pencemar sungai-sungai di Jakarta. Setelah mengetahui sumbernya kita dapat menentukan langkah perbaikannya.

Gambar dari google (the conversation) — pencemaran sungai di Jakarta

Secara singkat kita dapat mengelompokkan menjadi 2 bagian:

  1. Limbah cair. Limbah ini berasal dari rumah tangga, kantor, dan industri. Air limbah ini bisa berupa air limbah organik dan kimia bekas aktivitas sekresi manusia dan aktivitas industri. Dapat diolah terlebih dahulu melalui pengolahan secara biologis secara onsite (septik tank, share septik tank, dsb), dan offsite (ipal komunal, ipal kawasan, dsb) dan pengolahan khusus untuk limbah industri sebelum air limbah tersebut dibuang ke sungai.
  2. Limbah padat. Perlu PENGELOLAAN sampah dan peningkatan kesadaran masyarakat. Sampah tidak boleh masuk ke sungai. Maka perlu pengelolaan yang baik dan komprehensif.

Walaupun misalnya sungai di Jakarta sudah aman, untuk menjadi air bersih atau menjadi air minum yang akan dikonsumsi, perlu pengolahan lebih lanjut.

Sungai →

→Intake (instalasi penangkap air)

→aerasi (untuk menambah oksigen pada air atau menyisihkan gas terlarut. Fe dan Mn (besi dan mangan) akan teroksidasi menjadi valensi yang lebih tinggi, bentuk ion kompleks baru yang tidak larut ke tingkat yang cukup besar. Oleh karena itu, mangan dan besi dihilangkan dengan pengendapan setelah aerasi)

→ Koagulasi (penambahan zat koagulan ke dalam air kemudian diaduk secara merata, Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi mengalami saling tarik menarik sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan)

→ Flokulasi (flok-flok yang sudah terbentuk di bak koagulasi akan menjadi lebih besar)

→ Sedimentasi (Akan terjadi pemisahan partikel secara gravitasi, zat padat akan mengendap)

→ Filtrasi

→ Disinfeksi (pembubuhan zat disinfektan melalui klorinasi, atau dengan cara pemanasan, penyinaran mengunakan sinar ultraviolet, dll).

→ air akan masuk ke reservoir dan kemudian masuk ke pipa distribusi

Itulah bagaimana air sungai dapat bersih dan menjadi air baku untuk diolah lebih lanjut menjadi air minum.

Berapa lama sungai di Jakarta bisa aman (dalam kata lain, bersih)? ya tergantung. Tergantung kesadaran, kerja keras, dan keinginan kita semua. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat. Semuanya kembali lagi pada kita semua.

Demikian, semoga membantu.

Mari kita jaga sungai…


No comments:

Post a Comment

Land Subsidence dan Banjir Jakarta

Land subsidence  atau penurunan tanah bisa dikaibatkan oleh beberpa penyebab: akibat penambangan air tanah yang berlebihan dan menghasilkan ...