Thursday 7 January 2021

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

 

Gambar dari google (kompasiana.com). Gunungan sampah di TPA

Sampah adalah limbah yang dihasilkan oleh semua orang, dari bayi sampai orang lanjut usia. Selama orang itu hidup, maka selama itu pula sampah akan dihasilkan. Karena itu permasalahan sampah akan menjadi hal yang akan terus akrab sampai kapan pun. Pemerintah mengucurkan anggaran sangat besar untuk pembuangan sampah ini, karena tidak hanya terkait pada restribusi pembuangan saja, tetapi juga kompensasi sosial akibat adanya mobilisasi sampah. Pemerintah Jakarta saja misalnya, perlu mengucurkan Rp. 300 milyar per tahun untuk restribusi dan kompensasi pembuangan sampah ke Bantar Gebang saja. Jadi, masalah sampah ini tidaklah sederhana dan sangat mahal.

Tentang sampah, sekarang tinggal bagaimana kita memandangnya. Apakah tetap akan menganggapnya sebagai barang sisa yang tak bernilai, atau sebagai barang yang dapat diolah kembali secara berkelanjutan.

Sampai saat ini mindset kita masih kuat dengan istilah "membuang sampah" atau "tempat pembuangan sampah" bahkan secara resmi pemerintah pun masih menggunakan nama itu, misal: "Tempat Pembuangan Akhir" dsb. 

Sampah sebagai barang sisa pakai, sebenarnya memiliki nilai ekonomi, yang lebih penting sampah sebagai barang sisa, tidak perlu berakhir di tempat pembuangan akhir dan menjadi barang yang dilupakan terkubur bersama tanah dan menjadi penambah pencemaran lingkungan.

Karena itu, maka penanganan sampah perlu diubah, bukan dengan cara "membuang" tetapi "mengelola" . Kita harus tinggalkan istilah dan penamaan "membuang" supaya pola pikir kita juga berubah.

Bagaimana kita mengelolanya?

Sampah yang dihasilkan rumah tangga umumnya secara garis besar dibedakan menjadi tiga macam: Sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3.

  1. Sampah organik. Setiap rumah tangga pasti menghasilkan sampah ini. Sampah ini berasal dari sisa proses pembuatan dan sisa dari makanan. Sampah jenis ini akan cepat membusuk dan menimbulkan bau. Jika dibiarkan terlalu lama secara terbuka akan menjadi sumber penyakit. Volume sampah organik ini cukup besar, komposisinya sekitar 70–80% dari sampah yang kita hasilkan, sampah orgnaik paling dihindari karena dianggap menjijikkan dan membuat tidak nyaman, sehingga biasanya sesegera mungkin dibuang. Sifat sampah ini adalah degradable (dapat diuraikan) oleh mikroorganisme.
  2. Sampah anorganik. Adalah sampah yang terbuat dari bahan-bahan anorganik yang tidak akan mengalami proses pembusukan. Volume sampah jenis ini sangat banyak, dan jika dibuang secara sembarangan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang berbahaya dalam jangka waktu panjang. Sampah ini sulit sekali diuraikan oleh mikroorganisme (non degradable).
  3. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Ada beberapa jenis sampah yang kita hasilkan rumah tangga yang bersifat B3 ini. Contohnya adalah batu baterai bekas, oli bekas, lampu bekas, Tabung televisi bekas, dsb. Jumlah yang dihasilkan setiap rumah tangga biasanya tidak banyak, mungkin tidak lebih dari 1 s.d. 5% dari setiap akumulasi sampah harian, bahkan sampah ini hanya dihasilkan kadang-kadang saja. Sebetulnya sampah B3 ini dapat dibagi dalam beberapa kategori lagi, namun akan terlalu panjang dan belum tentu dihasilkan oleh skala rumah tangga.

Gambar dari goolge (3R bagian dari upaya pengelolaan sampah)

Nah, karena yang menghasilkan sampah sebagian besar adalah rumah tangga, maka yang paling banyak bertanggung jawab mengelola sampah adalah juga rumah tangga. Kita tidak bisa menggantungkan pengelolaan sampah ini hanya kepada pemerintah.

Nah untuk mengurangi volume sampah, kita dapat melakukan pemilahan sampah dari rumah. Minimal buat tiga buah tempat sampah untuk sampah yang berbeda untuk sampah organik, anorganik, dan B3. Sebenarnya aktivitas pemilahan sampah ini cukup mudah, tetapi kita tidak pernah disiplin dan mau melakukannya. Sampah yang telah terpilah dapat dengan mudah diproses:

  1. Sampah organik. Sampah yang bersifat degradable ini sebenarnya tidaklah harus selalu dibuang, kita bisa manfaatkan menjadi hal berguna dengan melakukan beberapa proses. Pertama, kita bisa proses menjadi pupuk organik. Ada dua macam pupuk yang bisa buat dengan memanfaatkan sampah rumah tangga, pupuk kering dan pupuk cair. Pembuatan pupuk organik bisa dilakukan dengan cara aerobik dan anaerobik dengan memanfaatkan bakteri, fungi, dan protozoa. Jumlah mikroorganisme akan mempengaruhi kecepatan proses pembuatan pupuk ini. Pengomposan dan menurunkan pengaruh senyawa beracun dan patogen terhadap lingkungan. kedua, Kita bisa memanfaatkan sampah organik menjadi pakan ternak. Dengan melakukan proses fermentasi, penggilingan dan penepungan, serta pencampuran bahan, maka sampah tersebut dapat dijadikan pakan. Pembuatan pakan ternak menggunakan sampah organik pun bisa dilakukan dengan memanfaatkan larva lalat Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera (lalat tentara/black soldier). Belatung atau maggot ini akan mendekomposisi sampah organik dengan mengkonsumsinya, maggot sangat cepat berkembangbiak, sehingga mempercepat proses dekomposisi sampah organik ini. Maggot yang dipanen, dapat diolah menjadi tepung dan pelet, untuk dijadikan sumber protein bagi hewan. ketiga, Beberapa orang sudah mulai memanfaatkan sampah organik ini menjadi briket. Setelah diproses dapat digunakan sebagai bahan bakar industri skala kecil. Keempat, Masih seputar bahan bakar, di beberapa tempat, sampah organik ini dapat diolah menjadi biogas. Teknologi biogas pada dasarnya memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen yang produknya berupa gas methan (CH4). Gas metan hasil pencernaan bakteri tersebut dapat mencapai 60% dari keseluruhan gas hasil reaktor biogas sedangkan sisanya didominasi karbondioksida (CO2). Sumber daya energi biogas rata-rata mengandung 60% gas metan (CH4), lebih dari 36% karbon dioksida (CO2), kurang dari 3% belerang (H2S) dan kurang dari 1% hidrogen(H2). Biogas yang dihasilkan dari sampah organik ini dapat digunakan sebagai bahan bakar sekala rumah tangga atau lingkungan. Kelima, jika merasa ribet dengan pengolahan sampah organik poin satu sampai dengan empat, rumah tangga dapat mendegradasi sampah organiknya dengan menggunakan lobang-lobang biopori, sampah-sampah organik tersebut setiap hari dapat kita masukkan ke lobang biopori untuk didekomposisi oleh jasad hidup. Kita dapat mengangkatnya dalam 30-40 hari untuk dijadikan pupuk tanaman dan bunga di rumah kita. Volumenya akan sangat berkurang dari sebelum diurai. Sehingga jumlah sampah ini tidak akan menyulitkan kita.
  2. Sampah anorganik. Sampah ini dapat kita golongkan menjadi dua. Sampah yang bernilai ekonomi, dan sampah yang tidak bernilai ekonomi. Jika pemilahan sampah di rumah tangga sudah berjalan dengan baik, pemilahan sampah berikutnya untuk sampah anorganik sangat mudah. Selain kering dan dasarnya tidak bau jika tidak disatukan dengan sampah organik, sampah ini bukan sampah tempat baakteri dan lalat bersarang. Sampah anorganik menjadi bau jika disatukan dengan sampah organik, jika sudah dipilah dari awal maka bau itu tidak akan ada atau menjadi minimal mengingat beberapa sampah anorganik biasanya merupakan kemasan dari makanan. Sampah anorganik yang bernilai ekonomi dapat dikumpulkan dan dijual ke pengepul barang bekas. Dan sampah anorganik yang tak bernilai ekonomi nanti dapat disatukan dengan sampah B3 untuk dibakar di insenerator (tetapi sayangnya pemerintah belum melakukan ini), tetapi setidaknya yang akhirnya dapat dibuang dan diangkut ke tempat sampah hanya sampah anorganik yang tidak bernilai ekonomi dan sampah B3 yang jika dijumlahkan komposisinya tidak lebih dari 10% dari jumlah sampah harian kita. Apalagi sampah yang tidak bernilai ekonomi pun oleh beberapa kelompok masyarakat dapat dijadikan barang seni dan kerajinan, ini sangat membantu sekali. Ini tentu saja akan mengurangi volume sampah, dan jika diakumulasikan dalam skala Indonesia, ini akan sangat berdampak besar bagi volume sampah dan beban biaya yang perlu ditanggung pemerintah.
  3. Sampah B3 (Bahan berbahaya dan beracun). Jumlah sampah ini tidak besar tidak selalu ada dalam skala rumah tangga. Sampah jenis ini bersama sampah anorganik yang tidak bernilai ekonomi dapat dibakar di insenerator di fasilitas pemerintah (walaupun kembali sayang kita belum memiliki sistem itu, baru terhadap sampah tertentu saja) sehingga tidak menimbulkan polusi.

Gambar dari google (komunitas peduli bumi) - Lubang biopori

Pengelolaan sampah pada saat ini, dimana masyarakat masih berpikir bahwa sampah adalah masalah pemerintah (padahal masyarakat sendiri yang menghasilkan, hehe), adalah pemahaman yang keliru. Sampah adalah masalah kita semua, karena itu sampah perlu menjadi tanggung jawab semua masyarakat. Pemerintah pun perlu investasi besar untuk membuat sistem dan infrastruktur yang jelas dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini. Karena seringkali upaya pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat terputus dan menjadi sia-sia karena tidak nyambungnya dengan upaya pemerintah. Sampah yang sudah berusaha dipilah oleh masyarakat, seringkakali kembali disatukan saat diangkut oleh truk sampah, jadi sia-sialah upaya masyarakat. Atau misalnya di perkotaan yang lahannya sudah minim, masyarakat kebingungan untuk mengolah sampah organik. sampah B3 pun masih dibuang tanpa diproses di fasilitas pemerintah. Seringkali masyarakat sudah berupaya membuat bank sampah, tetapi bingung menjualnya. Di sini peran pemerintah diperlukan, bagaimana supaya semua upaya yang dilakukan masyarakat dapat ditindak lanjuti dan didukung oleh pemerintah. Masyarakat dan pemerintah harus sinergis dalam hal ini.

Gambar dari google (99.co) - Bank Sampah yang didirikan oleh kelompok masyarakat

Kita masih menitik beratkan penanganan sampah dengan cara-cara yang menurut saya masih sangat tradisional. Sanitary landfill dimana sampah ditimbun di TPA dan open dumping yang dibiarkan terbuka adalah cara-cara yang seharusnya sudah dapat dikurangi atau bahkan suatu saat dapat tidak ada sama sekali.

Jadi permasalahan sampah ini belum benar-benar belum menjadi proyek strategis pemerintah. Padahal masalah sampah adalah permasalahan yang signifikan menghambat kemajuan negara dan masa depan kehidupan bangsa yang baik dan berkelanjutan. ketidak seimbangan alam dan terganggunya ekosistem akibat sampah dan limbah akan berpengaruh pada kelanjutan hidup manusia.

Pemberdayaan masyarakat dan penyediaan sistem dan infrastruktur pendukung mengenai permasalahan sampah ini mutlak menjadi prioritas yang harus segera dilakukan. Dan menurut saya, pengelolaan sampah dan limbah harus segera masuk menjadi proyek strtategis nasional. Ini sangat penting, karena sampah dan limbah tiap hari dihasilkan oleh setiap manusia dan proses industri.

Untuk itu mari kita mulai dari yang paling bisa kita lakukan dengan mengelola sampah untuk lingkungan yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment

Land Subsidence dan Banjir Jakarta

Land subsidence  atau penurunan tanah bisa dikaibatkan oleh beberpa penyebab: akibat penambangan air tanah yang berlebihan dan menghasilkan ...