Monday 23 November 2015

Sampah dan kejujuran kita

Suatu hari seorang anak bertanya dengan polos, "mengapa tidak boleh membuang sampah sembarangan?" pertanyaan yang sangat sederhana dengan jawaban yang semua orang sudah tahu. Ada banyak sekali akibat yang ditimbulkan karena sampah yang berserakan, karena itu kita semua sepakat sampah harus dibuang ke tempatnya. Tapi pernahkan kita benar-benar melakukannya? Pertanyaan sederhana, tapi memerlukan kejujuran. Jadi, masihkah sederhana untuk menjawabnya? 

Di sinilah perlunya rasa tanggung jawab. Sosialisasi, himbauan, dan ajakan dari banyak pihak, ternyata masih kita abaikan. Pendidikan lingkungan hidup dan kebersihan yang telah diajarkan sejak sekolah dasar dari berpuluh tahun lalu, ternyata belum berdampak siginifikan pada perilaku kita. Kita masih dengan gampangnya membuang sampah sembarangan tanpa rasa bersalah dan seolah reflek begitu saja tanpa sadar. Bungkus plastik, puntung rokok, kotak minuman, tisu, kantong kresek, dan masih banyak lagi sampah yang terserak di lingkungan sekitar kita, di jalanan, di sungai, di lapangan, di gang, di hampir seluruh tempat kita hidup. Cobalah kita sejenak duduk di pinggir jalan, perhatikan orang-orang yang lalu lalang termasuk kendaraan di jalanan, tidak perlu lama-lama kita akan melihat orang-orang, dewasa maupun anak-anak yang membuang begitu saja sampah-sampah itu, dan sekali lagi seperti seperti tanpa disadari. Cobalah sekali waktu kita nongkrong di kumpulan pedagang kaki lima sambil minum kopi atau makanan yang mereka jajakan, kita akan melihat bagimana mereka memperlakukan sampah, pasti ada yang mecoba menyapu sampah, tetapi membuang sampah itu ke saluran air atau ke sungai di dekatnya, dimasukkan ke celah-celah penutup drainase atau langsung menyapunya ke sungai. Maka, tidak heran, jika hujan turun, saluran air dan drainase meluap, ternyata jika perhatikan, selain sedimentasi, sampah menjadi faktor utama penyumbat saluran air. 

Lantas, adakah yang salah dengan pendidikan lingkungan hidup kita? adakakah yang salah dalam cara-cara penyampaian dan himbuan dalam sosialisasi, penyuluhan, pelatihan, dan sebagainya yang sudah sering kita lakukan? apakah kata-kata dalam pamplet, spanduk, poster, dan berbagai media lainnya kurang dimengerti masyarakat kita? adakah yang salah dengan strategi dan sistem pengelolaan kebersihan yang kita terapkan? adakah yang salah dalam peraturan dan legalitas formal yang telah dikeluarkan? Menjawabnya tidak mudah walaupun seolah mudah. Pasti akan banyak argumen dan pembelaan, ujung-ujungnya menjadi sangat relatif dan subjektif, 

Apa pun jawabannya, satu hal yang jelas, semua yang telah dilakukan itu ternyata belum menyentuh kesadaran kita. Kesadaran itulah yang akan membentuk rasa tanggung jawab. ketika rasa tanggung jawab itu telah ada, maka solusi menjadi sangat sederhana. Tetapi kenyataannya, mencapai tahap sadar itu tidaklah sederhana. Karena ketidaksederhanaan proses dan kesederhaan kata, kita selalu terjebak pada kesimpulan yang sederhana pula, seolah pencapaian tahap itu sesuatu yang sangat subjektif dan hampir mustahi. Padahal, dalam pemberdayaan (empowering) pencapaian kesadaran itulah yang harus terus menjadi tujuan bagi pemecahan masalah. 





Land Subsidence dan Banjir Jakarta

Land subsidence  atau penurunan tanah bisa dikaibatkan oleh beberpa penyebab: akibat penambangan air tanah yang berlebihan dan menghasilkan ...